Apa saja perhatian dari orang tua pada anak umur enam tahun pertama? Mau tahu apa sajakah perhatian orangtua untuk anak setelah usia 6 tahun? Simak artikel tuntunan pendidikan anak islami ini hingga selesai.
Table of Contents
- Anak Umur di atas 6 Tahun
- Perhatian Orangtua untuk Anak Setelah Usia 6 Tahun
- a. Mengenalkan Allah dengan Cara Sederhana
- b. Mengajarkannya tentang Hukum Agama
- c. Mengajarkan Anak Membaca al-Qur’an
- d. Mengajarkan Anak tentang Hak Kedua Orangtua
- e. Memperkenalkan Tokoh Teladan
- f. Mengajarkan Adab Bermasyarakat yang Umum
- g. Mengembangkan Rasa Percaya Diri dan Tanggu Jawab
- Kisah Teladan
Anak Umur di atas 6 Tahun
Pada periode ini anak sudah mencapai tahap lebih siap untuk belajar secara teratur. Anak telah menerima pengarahan lebih banyak dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman sepermainannya.
Bisa kita katakan, pada periode ini anak lebih mengerti serta lebih semangat untuk belajar dan dapat berabgai keterampilan. Karenanya ia bisa orangtua arahkan secara langsung. Oleh karena itu, ini termasuk masa yang paling penting dalam pendidikan dan pengarahan anak.
Perhatian Orangtua untuk Anak Setelah Usia 6 Tahun
Berikut beberapa aspek terpenting yang perlu para pendidik perhatikan ada periode ini. Yaitu :
a. Mengenalkan Allah dengan Cara Sederhana
Pada periode ini orangtua mengenalkan kepada anak tentang Allah SWT. Tapi caranya harus sesuai dengan daya tangkap dan tingkat pemikirannya. Orangtua mengajarkan kepada anak :
1. Tentang Allah
Bahwa Allah Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Dia-lah Pencipta segala sesuatu, seperti :
- langit,
- bumi,
- manusia,
- hewan,
- pohon-pohonan,
- sungai,
- dan lain-lainnya.
Pendidik / orangtua bisa memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya saat berjalan-jalan di taman atau padang. Pertanyaannya seputar siapakah Pencipta air, sungai, bumi pepohonan dan lain-lainnya untuk menggugah perhatiannya kepada keagungan Allah SWT.
2. Mengajarkannya cinta kepada Allah
Dengan orangtua tunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang Allah SWT karuniakan untuknya dan untuk keluarganya. Misalnya, anak ditanya siapakah yang memberinya :
- pendengaran, penglihatan dan akal?
- kekuatan dan kemampuan untuk bergerak?
- rizki dan makanan untukmu dan keluargamu?
Demikianlah, orantua tunjukan kepadanya nikmat-nikmat yang nyata. Dan orangtua anjurkan agar cinta dan bersyukur kepada Allah atas nikmat yang banyak ini.
Metode ini disebutkan dalam al-Qur’an, dalam banyak ayat Allah menggugah minat para hamba-Nya agar memperhatikan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya. Seperti Firman-Nya :
- Lukman : 20;
- Fathir : 3;
- Al-Qashash : 73.
b. Mengajarkannya tentang Hukum Agama
Oranguta perlu mengajarkan pada anak sebagian hukum yang jelas dan tentang halal-haram, seperti :
- untuk menutup aurat,
- berwudhu,
- hukum-hukum thaharah (bersuci),
- pelaksanaan shalat,
- melarangnya dari hal-hal yang haram,
- dusta adu domba,
- mencuri, dan
- melihat kepada yang Allah haramkan.
Pokoknya :
- orangtua menyuruh anak untuk menetapi syariat Allah SWT sebagaimana orang dewasa, dan
- orangtua mencegah anaknya dari apa yang Allah SWT larang sebagaimana orang dewasa.
Sehingga anak akan tumbuh demikian dan jadi terbiasa. Karena jika semenjak kecil anak sudah orangtua biasakan dengan sesuatu, maka saat sudah dewasa akan jadi kebiasaannya.
Bersemangat juga dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak tercinta. Di mana seorang bapak perlu menanamkan ilmu pada anaknya. Karena orangtua akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya.
c. Mengajarkan Anak Membaca al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan jalan lurus yang tidak mengandung suatu kebatilan apapun. Maka sangat baik jika anak dibiasakan membaca al-Qur’an dengan benar. Dan diusahakan semaksimal mungkin supaya menghafal al-Qur’an atau sebagian besar darinya dengan diberi dorongan lewat berbagai cara.
Karena itu, kedua orangtua hendaklah berusaha agar putra-putrinya masuk pada salah satu sekolah tahfizh al-Qur’an. Kalau tidak bisa, usahakan orangtua memasukkan pada salah satu halaqah (pengajian luar sekolah) untuk menghafal al-Qur’an.
Hadist
Para salaf dahulu pun sangat memperhatikan pendidikan tahfizh (menghafal) al-Qur’an bagi anak-anak mereka.
d. Mengajarkan Anak tentang Hak Kedua Orangtua
Membiasakan kepada anak untuk bersikap hormat, taat dan berbuat baik kepada kedua orangtua, sehingga terdidik dan terbiasa demikian. Anak seringkali bersikap durhaka dan melanggar hak orangtua. Karena kurangnya perhatian orangtua dalam mendidik anak dan tak membiasakannya berbuat kebaikan sejak usia dini.
Firman Allah dalam QS. Al-Isra : 23 – 24.
Hadist
Berikut kisah seorang anak muda yang berbuat baik kepada bapaknya.
e. Memperkenalkan Tokoh Teladan
Perhatian orangtua untuk anak yang lain yaitu mengenalkan tokoh teladan yang agung dalam islam. Tokoh teladan yang utama yaitu Rasulullah ﷺ. Lalu para sahabat yang mulia dan pengikut mereka dengan baik yang jadi contoh terindah dalam segala aspek kehidupan.
Maka orangtua (hendaknya) memperkenalkan kepada anak tentang mereka mengajarkannya sejarah dan kisah mereka. Agar meneladani perbuatan agung mereka dan mencontoh sifat baik mereka, seperti :
- keberanian,
- keprajuritan,
- kejujuran,
- kesabaran,
- kemuliaan,
- keteguhan pada kebenaran,
- dan sifat-sifat lainnya.
Dengan catatan, hendaklah kisah atau kejadian yang orantua ceritakan kepada anak :
- sesuai dengan daya tangkapnya,
- tak membosankan,
- berfokus pada penampilan; dan
- penjelasan aspek-aspek yang baik saja.
Sehingga kisah tersebut akan mudah anak terima.
Sejarah umat Islam penuh dengan tokoh-tokoh yang agung dan juga kisah-kisah menarik yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah.
f. Mengajarkan Adab Bermasyarakat yang Umum
Orangtua mengajarkan kepada anak tentang adab-adab bermasyarakat yang umum, seperti adab-adab :
- mengucapkan salam dan meminta izin,
- berpakaian,
- makan dan minum,
- berbicara dan bergaul dengan orang lain.
Juga mengajarkan bagaimana bergaul dengan :
- kedua orangtua,
- sanak famili yang tua,
- kolega orangtua,
- guru-gurunya,
- kawan-kawannya, dan
- teman sepermainannya.
Dan mengajarkannya pula :
- mengatur kamarnya sendiri,
- menjaga kebersihan rumah,
- menyusun alat bermain,
- bagaimana bermain tanpa mengganggu orang lain, serta
- bagaimana bertingkah laku di masjid dan sekolah.
Mengajarkannya berbagai hal di atas dengan bersumber pada :
- sunnah Rasulullah ﷺ,
- peri kehidupan para Salaf yang shalih,
- karya tulis para ahli / pakar dalam bidang pendidikan dan etika.
g. Mengembangkan Rasa Percaya Diri dan Tanggu Jawab
Anak-anak sekarang ini adalah pemimpin hari esok. Karena itu, harus orantua persiapkan dan latih untuk mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang nanti akan mereka lakukan.
Hal itu bisa direalisasikan dalam diri anak melalui perhatian orangtua, seperti :
- pembinaan rasa percaya diri,
- penghargaan jati dirinya,
- pemberian kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan apa yang terbetik dalam pikiran anak,
- dorongan agar mengerjakan urusannya sendiri,
- ditugasi dengan pekerjaan rumah tangga yang sesuai untuknya.
Misalnya :
- membeli beberapa kebutuhan rumah dari warung terdekat;
- mencuci piring dan gelas atau mengasuh adik (khususnya anak perempuan);
- dan sebagainya.
Memberikan tugas kepada anak, hendaknya secara bertahap, sedikit demi sedikit. Sehingga mereka terbiasa :
- mengemban tanggung jawab, dan
- melaksanakan tugas yang sesuai dengannya.
Termasuk pemberian tanggung jawab kepada anak. Di mana anak harus menanggung resiko perbuatan yang ia lakukan. Maka orangtua ajarkan kepada anak bahwa :
- ia harus bertanggung jawab atas kesalahan yang ia lakukan,
- ia dituntut untuk memperbaiki apa yang sudah ia rusak, dan
- meminta maaf atas kesalahannya.
Kisah Teladan
Perhatikan kisah di bawah ini yang menunjukkan rasa percaya diri :
Hadist
Seorang anak bila terdidik untuk percaya diri akan bisa mengemban tanggung jawab yang besar. Sebagaimana anak para sahabat, mereka berusaha sungguh-sungguh supaya bisa ikut bersama para mujahidin fi sabilillah.
Hingga salah seorang di antara mereka ada yang menangis karena Rasulullah ﷺ belum mengizinkannya untuk ikut berperang bersama pasukan. Namun karena simpati terhadapnya beliau juga mengizinkannya. Dan akhirnya ia termasuk salah seorang di antara para syuhada dalam peperangan itu.
Rasulullah ﷺ juga pernah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan yang di antara anggota pasukannya terdapat Abu Bakar dan Umar. Yang sekalipun masih, muda belia tetapi dia orang yang tepat untuk jabatan itu.
Demikian info mengenai perhatian orangtua untuk anak usia di atas enam tahun, semoga artikel kali ini mencerahkan kalian. Tolong post peranan penting keluarga dalam Islam ini kalian viralkan supaya semakin banyak yang mendapat manfaat.
Referensi : Pendidikan Anak dalam Islam, Yusuf Muhammad al-Hasan