Pernahkan Anda menggunakan tanaman herbal untuk pengobatan? Lalu sejak kapan metode pengobatan ini hadir? Selengkapnya baca artikel pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat di Indonesia dan dunia ini hingga selesai.
Table of Contents
Tanaman Herbal
Berbicara soal herbal, Indonesia merupakan salah satu laboratorium tanaman berkhasiat obat terbesar yang ada di dunia. Sekitar 80% herbal dunia tumbuh di negeri kita tercinta ini.
Indonesia punya sekitar 35 ribu jenis tumbuhan herbal tingkat tinggi. Yang mana 3.500 di antaranya dilaporkan merupakan tumbuhan berkhasiat obat.
Nenek moyang kita sudah memanfaatkan flora kekayaan alam Indonesia dengan bijak. Istilah jamu sudah dikenal secara luas untuk menyebut ramuan dari tumbuhan / tanaman berkhasiat obat.
Jamu berasal dari kata jampi atau usodo (bahasa Jawa Kuno). Yang mengandung arti penyembuhan memakai ramuan, doa, dan ajian. Pemanfaatan ramuan alam untuk tujuan kesehatan / pengobatan telah ada sejak ratusan tahun silam.
Tabib dan herbalis tradisional meracik aneka jenis tumbuhan jadi penawar berbagai penyakit. Bukti-bukti penggunaan jamu pada masa lalu bisa dilihat dari tulisan-tulisan pada :
- daun lontar,
- prasasti, dan
- relief candi.
Sumber daya genetik berupa tumbuhan berkhasiat obat hampir dapat ditemui di lingkungan sekitar kita. Salah satunya dalam kawasan hutan hak milik rakyat atau hutan rakyat. Seperti hutan rakyat yang ada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Sejarah Penggunaan Obat Herbal
Obat herbal yaitu obat yang bahan bakunya berasal dari tanaman dalam bentuk simplisia atau ekstrak. Obat herbal ini lebih dikenal di masyarakat sebagai obat tradisional atau jamu untuk meningkatkan kesehatan.
Obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Bahan ini bisa berupa :
- bahan tumbuhan berkhasiat obat,
- bahan hewan,
- bahan mineral,
- sediaan galenik,
- atau campuran dari bahan-bahan tersebut.
BPOM sudah mengelompokkan obat tradisional yang beredar di Indonesia jadi 3 jenis, yakni :
- jamu,
- obat herbal terstandar, dan
- fitofarmaka.
Penggunaan obat herbal dan pengobatan tradisional telah lama dipraktikkan dan sudah diterimah secara luas di seluruh dunia. Baik di negara yang sedang berkembang ataupun di negara yang sudah maju.
Menurut data, penggunaan obat herbal telah mencapai :
- 65% dari penduduk negara maju, dan
- 80% penduduk dari negara berkembang.
Faktor pendorong terjadinya pemakaian obat herbal di negara maju yaitu :
- meningkatnya usia harapan hidup yang lebih panjang pada waktu prevalensi penyakit kronis,
- adanya kegagalan pemakaian obat modern untuk penyakit tertentu (seperti kanker), dan
- makin luas akses informasi tentang obat herbal di seluruh dunia.
Hingga tahun 2000, sekitar 1.845 jenis tumbuhan sebagai bahan obat telah ditemukan dan tersebar di berbagai formasi hutan dan ekosistem alam lainnya. Keadaan ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu gudang keanekaragaman hayati penting di dunia.
Tumbuhan Biofarmaka
Potensi tumbuhan berkhasiat obat (biofarmaka) Indonesia juga memiliki keunikan yang khas. Yang mana banyak budaya masyarakat berkaitan dengan kehidupan alam. Masyarakat lokal punya definisi yang dalam terhadap manfaat berbagai jenis tumbuhan lokal.
Sayangnya, pengetahuan tradisional mereka terancam punah saat ini, seiring dengan :
- terjadinya kepunahan ekosistem hutan alam ataupun perubahan, serta
- pengaruh dari luar seperti :
- sosial,
- ekonomi, dan
- budaya.
Informasi dari berbagai sumber menyebutkan bahwa tidak kurang dari 400 etnis Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan hutan dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka juga punya pengetahuan tradisional yang tinggi dalam pemanfaatan tanaman biofarmaka.
Kelompok masyarakat (etnis) menggunakan tumbuhan biofarmaka untuk :
- kebutuhan hidup;
- menyembuhkan penyakit terutama penyakit karena infeksi :
- malaria,
- demam,
- diare,
- sakit kulit,
- bisul,
- sakit kuning, dan
- sakit perut;
- dan sebagainya.
Etnis yang telah menggunakan tumbuhan berkhasiat obat (biofarmaka) seperti :
- Sunda telah memanfaatkan 305 jenis,
- Melayu Tradisional telah memanfaatkan 131 jenis,
- Jawa telah memanfaatkan 114 jenis,
- Dayak Ngaju telah memanfaatkan 111 jenis,
- Dayak Ot Danum telah memanfaatkan 111 jenis,
- Bali telah memanfaatkan 105 jenis, dan
- Anak Dalam telah memanfaatkan 104 jenis.
Perdagangan tumbuhan obat herbal juga sudah menembus pangsa pasar dunia. Tahun 2005, Uni Eropa adalah negara importir rempah dan obat herbal dari negara berkembang.
Total impor Uni Eropa terhadap rempah dan obat herbal dari negara berkembang sebanyak 358,2 ribu ton. Dan sejak tahun 2001 terus meningkat sebanyak 4% per tahun.
Sayangnya, impor rempah tersebut bukan dari Indonesia, melainkan dari :
- China,
- India,
- Maroko,
- Mesir, dan
- Turki.
Penggunaan Obat Herbal di Mancanegara
Perkembangan pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat juga sudah maju. Hal ini seiring dengan :
- perkembangan kedokteran barat, dan
- sudah diakui dunia internasional.
Penggunaan herbal atau tanaman berkhasiat obat sama tuanya dengan sejarah peradaban manusia di muka bumi ini.
Negara Pengguna Obat Herbal
Sejak zaman dahulu, makanan dan obat-obatan tak bisa dipisahkan. Dan banyak tumbuh-tumbuhan dikonsumsi karena khasiatnya yang menyehatkan dan bisa menjaga stamina tubuh.
Mesir Kuno
Zaman Mesir kuno, para budak diberi ransum bawang tiap hari. Hal tersebut dilakukan untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang biasa terjadi pada masa itu.
Sejak itu, catatan pertama mengenai penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya sudah dikumpulkan oleh orang-orang Mesir kuno. Saat itu, para pendeta Mesir kuno sudah melakukan dan mempraktikkan pengobatan herbal.
Sejak abad 1.500 SM, sudah tercatat informasi tentang cara meramu berbagai tumbuhan berkhasiat obat. Termasuk jintan dan kayu manis.
Yunani dan Romawi Kuno
Orang-orang Yunani dan Romawi kuno pun sudah melakukan pengobatan herbal. Saat mengadakan perjalanan ke berbagai daratan baru, para dokter mereka menemukan berbagai tumbuhan berkhasiat obat baru, seperti :
- Rosemary, dan
- Lavender.
Hal itupun langsung diperkenalkan ke berbagai daerah baru. Berbagai kebudayaan lain yang punya sejarah pengobatan dengan memakai tanaman obat atau herbal yaitu bangsa Cina dan India.
Inggris
Di Inggris, penggunaan tumbuhan berkhasiat obat dikembangkan bersamaan dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri. Mereka punya tanaman obat yang dipakai untuk merawat para pendeta maupun penduduk setempat.
Di beberapa daerah (khususnya Wales dan Skotlandia), orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik punya tradisi lain mengenai herbalisme. Di mana obat-obat dicampuradukkan dengan agama dan ritual.
Sudah ada pendistribusian informasi yang pertama mengenai penulisan berbagai tanaman obat. Hal ini karena semakin berkembangnya pengetahuan herbal dan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15.
Misalnya :
- John Parkinson dari London (1630) menulis tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat bermanfaat /
- Nicholas Culpepper (1616 – 1654) juga menulis dalam karyanya yang paling terkenal, yakni ”The Complete Herbal and English Physician, Enlarged”. Karya ini diterbitkan pada tahun
- Henry Potter (1812) sudah memulai bisnisnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah.
Pada saat itulah, banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tumbuhan berkhasiat obat dapat ditemukan. Mulai dari :
- Inggris,
- Eropa,
- Timur Tengah,
- Asia, dan
- Amerika.
Inilah yang mendorong Henry Potter menulis kembali bukunya ”Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians“. Yang hingga sekarang buku ini pun masih diterbitkan.
Organisasi Praktisi Herbal
Tahun 1864, berdirilah National Association of Medical Herbalists. Pendirian organisasi ini untuk :
- mengorganisir pelatihan bagi para praktisi pengobatan herbal, dan
- mempertahankan standar-standar praktik pengobatan.
Hingga awal abad ini, banyak institut telah berdiri untuk mempelajari pengobatan herbal termasuk tumbuhan berkhasiat obat.
Berkembangnya penampilan berbagai obat-obatan herbal yang lebih alami telah mengakibatkan tumbuhnya dukungan dan popularitasnya. Obat-obatan herbal bisa dipandang sebagai babak pendahuluan / tonggak farmakologi modern.
Bahkan sampai saat ini, obat-obatan herbal terus diterapkan sebagai metode yang efektif dan lebih alami untuk merawat dan mengobati penyakit.
Secara global, obat-obatan herbal lebih umum dipraktikkan daripada yang konvensional. Secara lokal (khususnya di daerah pedesaan), pengobatan herbal terus tumbuh subur dalam berbagai :
- cerita rakyat,
- tradisi, dan
- praktik lokal.
Kemajuan dunia herbal sangat pesat hingga saat ini. Hal ini ditandai dengan banyak sekali para herbalis mengandalkan pengetahuan mereka tentang obat herbal. Yakni obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit.
Penggunaan Obat Herbal di Indonesia
Sejarah tumbuhan berkhasiat obat (herbal) di Indonesia berdasarkan fakta adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa pemakaian bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia sudah dilakukan oleh nenek moyang kita berabad-abad lalu.
Hal tersebut terbukti dari terdapatnya naskah lama pada :
- daun lontar husodo (Jawa),
- usada (Bali),
- lontarak pabbura (Sulawesi Selatan),
- dokumen serat primbon jampi,
- serat racikan Boreh Wulang nDalem, dan
- relief candi Borobudur yang menggambarkan orang yang sedang meracik jamu dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya.
Di wilayah nusantara, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional dari abad ke-5 hingga ke-19 untuk :
- pengobatan penyakit, dan
- pemeliharan kesehatan.
Kerajaan di wilayah nusantara telah mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia. Salah satunya yaitu produk masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari tumbuhan berkhasiat obat.
Kerajaan tersebut seperti :
- Sriwijaya,
- Majapahit, dan
- Mataram.
Banyak jenis tanaman yang terbukti sebagai bahan pemelihara kesehatan. Baik yang dipakai secara tunggal maupun dalam bentuk ramuan. Pengetahuan akan tanaman obat / herbal yang ada di wilayah nusantara / Indonesia bersumber dari :
- warisan pengetahuan secara turun-temurun, dan
- pengetahuan di luar nusantara, terutama dari China dan India.
Pemakaian tumbuhan berkhasiat obat untuk kesehatan masyarakat pernah mengalami pergeseran. Yaitu sejak masuknya pengobatan modern di Indonesia dan didirikannya Sekolah Dokter Jawa di Jakarta pada tahun 1904.
Di mana pemakaian tanaman obat sempat ditinggalkan masyarakat yang mulai menggantungkan diri pada obat kimia modern secara bertahap dan sistematis. Penggunaan tanaman obat pun dianggap :
- kuno,
- berbahaya, dan
- terbelakang.
Sebagai akibatnya, masyarakat umumnya tak mengenal tanaman obat dan pemakaiannya. Tapi, sebenarnya masih ada upaya dalam melestarikan dan memanfaatkan tanaman obat dalam dokumentasinya. Yaitu seperti :
- Heyne yang menulis buku berjudul “Tanaman Berguna Indonesia”.
- Seno Sastroamidjojo juga menulis dalam bukunya ”Obat Asli Indonesia“. Dan berbagai upaya pengembangan pengetahuan tanaman obat Indonesia serta aplikasinya dalam pengobatan.
Saat ini, obat herbal digunakan di :
- Klinik Pengobatan Tradisional RS. Dr. Sutomo, Surabaya; dan
- beberapa rumah sakit besar di Jakarta.
Beberapa dekade terakhir ini, ada kecenderungan secara global untuk kembali ke alam (back to nature).
Perubahan yang terjadi dalam bidang pengobatan herbal ini sangat kuat di beberapa negara maju. Dan juga berpengaruh di negara berkembang seperti Indonesia. Berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan herbal juga kini sudah banyak diminati masyarakat.
Pentingnya kepedulian kita terhadap tanaman obat (herbal) yang sudah ada sejak zaman dulu harus dilestarikan dan diterapkan. Seperti negara-negara lain yang sudah memakai herbal sebagai obat leluhur.
Tipe Tanaman Herbal
Berikut beberapa tipe tanaman / tumbuhan berkhasiat obat (herbal) yang biasanya digunakan untuk pengobatan :
1. Terna
Terna merupakan tumbuhan yang batangnya lunak karena tak membentuk kayu. Sebutan terna biasanya untuk semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta). Umumnya, sebutan ini hanya untuk tumbuhan yang berukuran kecil (< 2 m).
Namun sebutan terna ini tidak diperuntukkan bagi tumbuhan nonkayu yang merambat. Dan jenis ini juga digolongkan sebagai tumbuhan merambat.
Tumbuhan berkhasiat obat semacam ini dapat merupakan :
1) Tumbuhan Semusim / Musiman
Pada terna musiman, bagian aerial luruh dan mati pada musim yang kurang sesuai (seperti musim dingin). Tumbuh kembali pada musim yang sesuai. Aerial adalah bagian tumbuhan yang tumbuh di atas permukaan tanah.
Terkadang, terna pun akan menghasilkan jaringan berkayu (terlignifikasi) pada bagian pangkal batang utamanya.
2) Tumbuhan Dwimusim
Terna yang bersifat musiman umumnya dijumpai di daerah yang beriklim sedang.
3) Tumbuhan Tahunan
Jenis terna yang bersifat tahunan banyak dijumpai di wilayah / daerah tropika
2. Herba
Dalam ilmu botani, kelompok ini merujuk ke terna. Tapi dalam bidang pengobatan, herba berarti bagian tumbuhan segar atau berkadar air tinggi. Bagian ini digunakan sebagai bahan :
- penyegar (tonikum),
- pengobatan, atau
- penyulingan untuk diambil minyak atsirinya.
3. Tumbuhan Paku
Kelompok tumbuhan paku (paku-pakuan, pteridophyta, atau filicophyta) adalah satu divisi tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus). Tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya.
Tumbuhan berkhasiat obat ini masih memakai spora sebagai alat perbanyakan generatif, seperti halnya pada lumut dan fungi. Kelompok tumbuhan paku tersebar di hampir seluruh bagian dunia, kecuali di daerah :
- bersalju abadi, dan
- kering (gurun).
Total paku-pakuan yang diketahui hampir 10 ribu spesies, yang diperkirakan 3 ribu spesies di antaranya tumbuh di Indonesia. Dan sebagian besar kelompok tumbuhan paku tumbuh di daerah tropika basah yang lembab.
Tumbuhan paku cenderung tak tahan pada lingkungan dengan kondisi air yang terbatas. Hal tersebut mungkin karena mengikuti perilaku moyangnya di zaman karbon. Yang mana dikenal juga sebagai masa keemasan tumbuhan paku, karena merajai hutan-hutan di bumi.
Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang sudah memfosil kini ditambang oleh orang sebagai batu bara.
4. Perdu atau Semak
Perdu yaitu suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon. Karena cabangnya yang banyak dan ketinggian tumbuh yang lebih rendah (biasanya < 5 m).
Banyak tumbuhan berkhasiat obat bisa berupa pohon atau perdu bergantung dari kondisi pertumbuhannya.
5. Rumput
Rumput merupakan tumbuhan pendek yang biasanya ada di :
- halaman,
- pinggir jalan,
- lapangan,
- lahan kosong,
- dan sebagainya.
Rumput sering dianggap sebagai gulma pengganggu tanaman jika berada di sekitar tanaman yang sengaja ditanam. Namun pada lapangan sepak bola merupakan suatu aset utama.
Beberapa jenis rumput di antaranya sudah teridentifikasi yang berkhasiat sebagai obat herbal untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit.
Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat
Tumbuhan liar disebut juga gulma. Karena tumbuhan ini sering jadi musuh atau pengganggu tanaman pokok yang dibudidayakan.
Gulma umumnya tumbuh saat akhir masa budi daya tanaman utama. Tumbuhan berkhasiat obat (gulma) ini berkompetisi cahaya dengan tanaman utamanya.
Beberapa gulma dapat dikelompokkan, antara lain :
- rerumputan,
- tetekian, dan
- gulma daun lebar.
Di balik sifatnya yang merugikan tersebut, ternyata tumbuhan liar memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Beberapa jenis gulma tersebut punya peran yang sangat penting dalam bidang pengobatan herbal.
Di mana pemanfaatan tumbuhan liar sama tuanya dengan sejarah peradaban manusia. Alam tropis Indonesia adalah lahan yang subur untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai vegetasi tumbuhan. Termasuk tumbuhan liar atau gulma yang berkhasiat obat.
Berikut beberapa tanaman liar berkhasiat obat yang perlu Anda tahu :
Saatnya Memanfaatkan Tumbuhan Berkhasiat Obat!
Saat ini trend back to nature sudah banyak dilakukan. Salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan herbal untuk menjaga kesehatan maupun mengobati penyakit.
Ada banyak jenis tumbuhan berkhasiat obat. Satu di antaranya adalah tanaman / tumbuhan liar (gulma).
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tak dikehendaki pada areal pertanaman. Disebut gulma karena sering secara langsung ataupun tak langsung merugikan tanaman budi daya.
Dalam perkembangannya, gulma ternyata memiliki kandungan bahan untuk obat-obatan. Di mana beberapa penelitian menunjukkan bahwa gulma bisa dijadikan sebagai obat yang berbasis herbal.
Oleh sebab itu, artikel pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat ini perlu Anda baca secara seksama. Hal ini mengingat pada era saat ini, orang cenderung kembali kepada alam (back to nature). Salah satunya pengobatan untuk kesehatan yang kembali kepada tumbuhan.